Posts

Showing posts from January, 2015

Cerita yang lainnya...

Blog sedang kututup untuk umum. Enggak buat selamanya, kok Pengin berbenah, sih, sebenarmya. Tapi kok males? :| Mumpung lagi mengasingkan diri atau diasingkan lebih tepatnya, jadi karena nggak ada yang bisa dikerjakan, harusnya bisa menata blog, dan menulis.  Kalo menulis, sih, sampai saat ini aku sudah mendapat ide yang menurutku bisalah diperjuangkan untuk menulis tingkat lanjut.  Tapi masalahnya, aku jadi kaku. Kekurangan kosa kata. Dan pengin buru-buru menyelesaikan cerita saking nggak tahu lagi harus menulis apa. Hasilnya, masih di halaman ketiga dan ceritanya bahkan belum setengahnya, aku udah mikir, "Ini tulisan siapa? Jelek amat. Tutup ah."  Dan lagi-lagi cerpen-ku terbengkalai.  Ya bagaimana pun juga, bisa nggak bisa harus dipaksa. Lagi pula, aku lagi niat-niatnya nulis. Pokoknya selama aku mengasingkan diri, minimal tiga judul cerpen bisa selsai.  Terus juga, yang membuat niat menulisku tinggi saat ini karena aku  membutuhkan pengalihan.  Aku

Liburan Rasa Jomblo

Ya begitulah. Ini hari kesekian belas hari aku liburan. Dan yang aku rasain selama liburan… aku jomblo. Ada beberapa hal yang bikin liburanku rasanya gabut alias suwung alias jomblo: 1. Jomblo dalam arti sebenernya. Si Pacar lagi sibuk di belahan bumi bagian mana, sibuk dalam arti sebenarnya juga. Bahkan aku ngerasa, dia lebih sibuk pas liburan. Dia sibuk latihan latihan latihan dan latihan. Telepon, sms, bbm juga jarang. Di awal-awal liburan, emang itu ganggu banget buat aku. Aku lagi libur dan selo dan nggak ada kerjaan, jadi 7 hari 24 jam 60 menit 3600 detik aku penggang hp, dan aku harap seharian kami berdua berkomunikasi. Tapi dia, latihan sehari 3 kali dan waktu luangnya dipake buat tidur—dia capek, dia harus jaga kondisi badan dan bla bla bla. Cewek mana yang nggak nuntut perhatian? Cewek mana yang nggak pengen dimanjain—apalagi dalam keadaan jauh? TAPI… COWOK MANA YANG NGGAK MAU DINGERTIIN? Aku ngalah, dan aku milih buat ngertiin dia. Mengingat dan menimbang segala hal bai

Semangat 2015!

YESSS!!! Udah 2015! Artinya bentar lagi nikah wkwkwk. Enggak. Enggak. Itu masih lama, lamaaa, ya jangan lama-lama banget sih  Tahun kemaren… Mmm… Yang paling ngena apa ya? Nggak ada sih. Tenang aja, aku jadi mahasiswa santai sekarang, em… anu, ya setidaknya nggak kayak SMA, dan ini membuatku seribu kali bersyukur… Tahun ini umurku 20… 20 Men 20! Udah boleh nikah belum *eeealah ngomongin nikah lagi-_- *gaplok sandal Dan 2015 ini, semakin banyak sesuatu yang harus dipikir. Menyangkut hidup dan mati. Jiwa dan raga. Surga dan neraka. Yang harus dipikir di 2015 ini jelas: 1. Pikir kota mana yang mau dijadiin tempat magang tahun depan!  Emang masih lama sih, setahun lagi… Tapi ngurus babibu-nya itu kudu dipersiapkan dari sekarang. Padahal aku paling males ngurus ini-itu sendirian-_- yaw ajar, bungsu gitu! Dari awal masuk TK sampe kuliah semuanya diurusin, Dari lahir sampe sekarang, baju aja dibeliin, sampe2 nggak bisa beli baju sendiri kalo nggak sama keluarga-_- tapi masak anak

[CERPEN] Gadis Penunggu Kematian

Namanya Amara. Gadis berkulit pucat, bermata sayu dan berambut panjang tergerai. Ia selalu memakai busana berwarna sendu. Ia tidak memiliki sahabat. Ia bahkan tak punya teman. Dan tentu saja tanpa kekasih. Semua itu seakan memperjelas bahwa ia adalah orang paling menyedihkan yang hidup di muka bumi ini. Ia bahkan tidak mengerti mengapa ia masih hidup. Padahal ia siap mati. Dengan keadaannya yang seperti sekarang ini, Amara siap untuk mati. Namun, kematian tak kunjung menjemputnya. Mungkin kematian ingin menyiksanya terlebih dahulu di dunia, atau mungkin saja Amara tidak benar-benar siap menghadapi malaikat pencabut nyawa.  Amara tidak mau menjemput kematian dengan cara bunuh diri. Amara masih mengutuk perbuatan itu sejak dahulu. Bahkan, saat ia sedang putus asa seperti sekarang ini, Amara masih membenci perbuatan yang tidak bertanggung jawab itu. Amara ingin kematian yang datang kepadanya, Dan ia akan menunggu hingga kematian itu menjemputnya.

[CERPEN] Amara

“Sst… Gadis Hantu.” Clara menyentuh bahuku pelan, sambil menunjuk pintu masuk. Sedetik kemudian, mendadak seisi ruangan menjadi hening. Semua orang terpaku pada satu arah, Gadis Hantu. Gadis Hantu hanyalah sebuah julukan yang diberikan oleh anak-anak sekelas, nama sebenarnya adalah Amara. Amara dijuluki Gadis Hantu karena ia memang seperti hantu. Sejak awal masuk kuliah dua bulan lalu, Amara irit bicara. Bukan karena ia masih ja’im, seperti mahasiswa lainnya yang di awal pura-pura kalem, namun di akhir ceriwiws. Clara contohnya, di minggu-minggu pertama masuk, ia sangat kalem, anggun dan mempesona. Sehingga tak sedikit yang sering mencuri-curi pandang ke arahnya. Namun, itu hanya beberapa minggu. Sekarang, Clara justru menjadi gadis cerewet, suaranya nyaring bagaikan nyamuk yang berdenging tepat di telinga. Hal itu membuat kaum Adam malas berurusan dengannya, fyi saja, bagi lelaki cukup ibu saja yang bisa mencereweti kami, telinga kami tidak cukup kuat untuk menerima omelan dari wani