[ASAL REVIEW] Rindu, karya Tere Liye


Judul                : Rindu
Penulis              : Tere Liye
Penerbit            : Republika Penerbit
Tahun Terbit    : September, 2015 (cetakan ke-19)
Jumlah Halaman  : 544hlm
Harga              : Rp69.000,00 

Rindu berisikan tentang perjalanan panjang di atas sebuah kapal. Rindu berisikan tentang tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai latar belakang, yang masing-masing memiliki gejolak tersendiri di dalam hati. Rindu berisikan tentang cara menerima dan melepaskan. Rindu bersisikan tentang secuil cerita di masa lalu yang kita anggap masa itu hanya berisi penderitaan bagi bangsa Indonesiaa. Rindu berisikan tentang jawaban atas segala pertanyaan yang mengendap di hati. Rindu berisi tentang perjalanan penuh rindu kepada Sang Pencipta. 



Aku paling nggak betah baca cerita yang alurnya lambat, deskripsi panjang dan memiliki banyak tokoh. Tiga unsur yang biasa selalu ku-skip itu ada pada novel ini. Alasan mendasar aku membaca Rindu adalah karena suatu malam tidak ada pekerjaan yang bisa kulakukan sebagai pengantar. Aku mengistirahatkan laptop yang sudah bekerja keras hari itu. Aku juga tidak punya bahan bacaan lain, selain dua novel Tere Liye yang dibeli kakakku. Rindu, salah satunya.

Perlu perjuangan buatku membaca halaman pertama yang berisi tentang deskripsi keadaan dunia di tahun 1938 yang dalam keadaan normal, halaman pertama Rindu mampu membuatku enggan untuk membuka halaman berikutnya. Pada halaman kedua dan ketiga pun begitu. Rasa tertarikku terhadap novel ini belum meningkat. Tetapi aku melawan diri sendiri, mengingat kebiasaan membaca dengan syarat melewatkan alur, deskripsi dan tidak terlalu menghapal nama tokoh itu merupakan kebiasaan yang tidak baik sebagai pembaca/penikmat novel, menurutku. Karena itu, susah payah kutahan keinginan untuk melewatkan deretan-deretan kata yang ditulis oleh Bang Tere itu. Untungnya, meski dengan deskripsi panjang dan alur yang lambat, kata-kata yang dipilih oleh Bang Tere tidak membuatku sakit kepala dan tidak harus mengecek KBBI berkali-kali lantaran bahasa yang mengandung kata yang sulit. Tulisan Bang Tere terasa begitu lugas dan mudah dipahami. 

Sudah kukatakan, novel ini beralur sangat lambat. Bang Tere mendeskripsikan segala sesuatu dengan detail. Aku sampai jengah dan rasanya ingin buru-buru tiba ke bagian inti cerita. Berkali-kali aku bergumam 'oh, baru hari kesekian...', padahal dengan jumlah halaman sebanyak itu aku bisa membuat cerita yang tokohnya melewati tiga musim. Tetapi yang kutemukan dalam Rindu adalah  dalam proses membaca aku justru sudah sampai pada inti cerita. Hal yang nggak kusadari, dan tiba-tiba membuatku sampai pada setengah cerita.

Yang membuatku betah membaca Rindu selain gaya bahasa yang mudah dipahami tanpa memasukkan unsur-unsur puitis di dalamnya,  dalam beberapa bagian, Bang Tere nggak lupa menyisipkan unsur komedi di dalamnya lewat tokoh yang bernama Ruben. Meski perannya nggak penting-penting amat, tapi kehadiran dan gurauan yang terkadang dilontarkan olehnya benar-benar menjadi hiburan tersendiri buatku.

Selain unsur komedi, yang paling mengena di hati dan nggak sadar bikin air mata menetes adalah unsur haru dan sedih dalam Rindu. Membaca Rindu berhasil menyentuh semua rasaku. Perasaan bahagia: ketika salah satu pertanyaan yang mengambang sepanjang perjalanan akhirnya terjawab dengan suka cita. Rindu juga mampu membuatku sedih: ketika salah seorang penumpang kapal harus diuji oleh kematian orang tersayang. Aku ikut merasakan atmosfir semangat yang membuat jantungku berdetak cepat ketika seluruh penumpang serentak melawan pembajak kapal. Marah. Gelisah. Cemas. Pokoknya semua emosi bisa kurasakan ketika membaca Rindu.

Nggak ada unsur 'kejutan' yang biasa selalu kucari pada setiap novel di sini. Jadi jangan berharap kamu mendapat surprise dari Rindu. Tetapi rasanya itu nggak penting lagi.  Poin plus yang banyak banget dari Rindu berhasil meruntuhkan idealisme yang biasa kutetapkan pada novel yang kubaca.  Aku bahkan bahagia. Bahagia karena sepanjang ingatanku, ini pertama kalinya  aku  menyelesaikan novel tebal tanpa melewatkan deskripsi pada cerita.

Aku memberi nilai sempurna untuk Rindu! Karena Bang Tere berhasil membuatku betah membaca! Yey 😁

Comments

  1. Wah, penulis ini lagi ramai diomongin di grup nih gara-gara nggak mau dikritik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waaah iya emang aku udah dengar, kalo Tere Liye emang punya tabiat yang dianggap kurang baik.. tapi di luar itu, novel Tere Liye emang mengesankan dan nggak nyesel kalo dibaca

      Delete
  2. Aku baru menang hadiah novel Rindu. Aku jadi khawatir takut tidak selesai membaca novel ini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan khawatir kak, walaupun novelnya tebal dan bisa bikin kepala maling kliyengan kalo ditimpuk sama novel ini, Rindu bener-bener memuaskan :D nggak nyesel bacanya

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

SAYA DEAL DONE!

[CERPEN] Bagimu, Kita Hanyalah Dua Orang Asing

Sifat Penting yang Harus Dimiliki Pekerja: Gelas Kosong & Baby Eyes